Strategi BMW Indonesia Bisa Bertahan di Tengah Krisis Semikonduktor Global
Alasra - Permasalahan krisis semikonduktor masih melanda industri otomotif yang sudah dimulai sejak 2020 lalu.
Ini dialami hampir semua merek, termasuk BMW.
Bergulat di segmen mobil premium dengan menawarkan banyak fitur-fitur canggih, membuatnya lebih banyak butuh semikonduktor sebagai komponen utama.
Untuk mengatasinya, BMW Indonesia coba bertahan dengan cara mengurangi beberapa kebutuhan fitur yang tidak terlalu penting atau tidak sering dibutuhkan.
Khususnya untuk produk yang dirakit lokal di dalam negeri.
"BMW global sendiri, berupaya bagaimana tetap bisa memenuhi kebutuhan dari pelanggan di semua market.
Dan apabila memang ternyata tidak bisa mendapatkannya, kami akan mengganti fitur-fitur yang tidak terlalu penting,"beber Director of Communications BMW Group Indonesia, Jodie O'tania beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Item Monitoring BMW Indonesia, Anindyanto Dwikumoro, mengatakan mayoritas fitur yang akan tetap dipertahankan meliputi fitur-fitur pada mesin, transmisi, hingga fitur keselamatan.
"Jadi fitur seperti Dynamic Security Control, lalu juga Performance Control, yang menjadi kebutuhan utama kami untuk tetap mempertahankan opsi-opsi ini tetap ada," terang Anind.
Adapun, beberapa fitur opsional atau tambahan yang kurang begitu penting dan jarang dipakai pemilik mobil, akan dihilangkan sementara.
Namun tetap melalui proses diskusi dengan diler maupun konsumen.
"Kami akan jelaskan ke konsumen soal scarcity concerns. Dan cara ini adalah satu-satunya cara untuk tetap mempertahankan produksi kami agar tetap stabil, dan pengiriman ke konsumen tetap bisa berjalan seperti biasa," tutup Anind.
Anind juga memastikan apabila saat ini kondisi perakitan produk-produk BMW di Indonesia belum mengalami dampak signifikan dari krisis semikonduktor.
Dirinya pun berharap agar ke depannya, permasalahan krisis semikonduktor yang menimpa industri otomotif di dunia bisa segera berakhir.
Bergulat di segmen mobil premium dengan menawarkan banyak fitur-fitur canggih, membuatnya lebih banyak butuh semikonduktor sebagai komponen utama.
Untuk mengatasinya, BMW Indonesia coba bertahan dengan cara mengurangi beberapa kebutuhan fitur yang tidak terlalu penting atau tidak sering dibutuhkan.
Khususnya untuk produk yang dirakit lokal di dalam negeri.
"BMW global sendiri, berupaya bagaimana tetap bisa memenuhi kebutuhan dari pelanggan di semua market.
Dan apabila memang ternyata tidak bisa mendapatkannya, kami akan mengganti fitur-fitur yang tidak terlalu penting,"beber Director of Communications BMW Group Indonesia, Jodie O'tania beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, Item Monitoring BMW Indonesia, Anindyanto Dwikumoro, mengatakan mayoritas fitur yang akan tetap dipertahankan meliputi fitur-fitur pada mesin, transmisi, hingga fitur keselamatan.
"Jadi fitur seperti Dynamic Security Control, lalu juga Performance Control, yang menjadi kebutuhan utama kami untuk tetap mempertahankan opsi-opsi ini tetap ada," terang Anind.
Adapun, beberapa fitur opsional atau tambahan yang kurang begitu penting dan jarang dipakai pemilik mobil, akan dihilangkan sementara.
Namun tetap melalui proses diskusi dengan diler maupun konsumen.
"Kami akan jelaskan ke konsumen soal scarcity concerns. Dan cara ini adalah satu-satunya cara untuk tetap mempertahankan produksi kami agar tetap stabil, dan pengiriman ke konsumen tetap bisa berjalan seperti biasa," tutup Anind.
Anind juga memastikan apabila saat ini kondisi perakitan produk-produk BMW di Indonesia belum mengalami dampak signifikan dari krisis semikonduktor.
Dirinya pun berharap agar ke depannya, permasalahan krisis semikonduktor yang menimpa industri otomotif di dunia bisa segera berakhir.
Komentar
Posting Komentar